Rabu, 26 Juni 2013

Manajemen Proyek Perangkat Lunak - Project Communication Management

Nama : Fakhrian Fadlia A
Kelas : IF-1
Dosen :Aries Syamsuddin

Manajemen komunikasi proyek termasuk yang diperlukan untuk memastikan bahwa informasi dalam proyek dibuat dengan tepat dan cepat, baik dalam segi pengumpulan, diseminasi, penyimpanan, dan disposisi. hal ini menciptakan hubungan yang penting antara orang-orang, ide, dan informasi yang diperlukan supaya proyek berakhir dengan kesuksesan.

Setiap orang yang terlibat dalam proyek ini harus siap untuk mengirim dan menerima komunikasi, dan harus memahami bagaimana komunikasi dilakukan di mana mereka terlibat sebagai individu dan bagaimana komunikasi dapat mempengaruhi proyek secara keseluruhan.

Manajemen Komunikasi terdiri dari :

Identifikasi Stakeholder
Proses mengidentifikasi semua orang atau organisasi dipengaruhi oleh proyek, dan mendokumentasikan informasi yang relevan mengenai kepentingan mereka, keterlibatan, dan dampaknya pada keberhasilan proyek.

Rencana Komunikasi
Proses penentuan informasi pemangku kepentingan proyek dan definisi pendekatan komunikasi.

Penyebaran Informasi
Proses pembuatan informasi yang relevan yang tersedia untuk proyek dan pemangku kepentingan seperti yang direncanakan.

Mengelola Stakeholder Harapan
Proses berkomunikasi dan bekerja sama dengan pemangku kepentingan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan mengatasi masalah yang terjadi.

Laporan Kinerja
Proses mengumpulkan dan mendistribusikan informasi pencapaian kinerja, termasuk laporan status, pengukuran kemajuan, dan perkiraan.


Manajemen Proyek Perangkat Lunak - Project Procurement Management

Nama : Fakhrian Fadlia A
Kelas : IF-1
Dosen :Aries Syamsuddin

Manajemen pengadaan proyek adalah proses memperoleh barang ataupun jasa dari pihak di luar organisasi yang dibutuhkan sebuah proyek.

Tahapan Manajemen Pengadaan terdiri dari :

Perencanaan pembelanjaan dan pengadaan
Proses menentukan apa yang dibutuhkan, kapan dibutuhkan dan bagaimana proses pengadaannya. dalam perencanaan ini harus diputuskan apa yang harus diambil dari luar, tipe kontrak dan menggambarkan kerja yang harus dilakukan oleh distributor kelak.

Perencanaan kontrak kerja sama
Proses menggambarkan kebutuhan produk atau servis yang diperlukan, yang digambarkan dalam RFP, kriteria evaluasi dan SOW.

Permintaan respon dari distributor
Proses memperoleh informasi, tanggapan, penawaran atau proposal dari penjual.


Memilih Distributor
Proses memperoleh suplier yang paling potensial melalui proses analisis suplier potensial dan negosiasi.


Administrasi kontrak kerja sama
Formalisasi pernyataan kerja sama.


Penutupan Kontrak
Rencana pengadaan, alat dan teknik


Tujuan Manajemen Pengadaan
Tujuan Bagian Pengadaan yaitu menyediakan barang maupun jasa dengan harga yang murah, berkualitas, dan terkirim tepat waktu, tugas-tugas bagian pengadaan tidak terbatas hanya pada kegiatan rutin pembelian. Secara strategis dapat menciptakan keunggulan dari segi ongkos (dengan mendapatkan sumber-sumber bahan baku, komponen, dll dengan harga yang murah). Bagian pengadaan juga berperan mendapatkan sumber-sumber bahan baku dan komponen yang berkualitas dan/atau menjadi jembatan dalam membina supplier-supplier yang ada dengan berbagai program peningkatan kualitas. Bagian pengadaan juga dituntut untuk bisa menciptakan keunggulan dari segi waktu. Untuk mendukung keunggulan dari segi waktu, bagian pengadaan tentunya bisa memilih supplier yang memiliki kemampuan untuk
mengirim barang dalam waktu yang lebih pendek tanpa harus mengorbankan kualitas dan meningkatkan harga.


Tugas Utama Manajemen Pengadaan
Tugas dari manajemen pengadaan adalah menyediakan input, berupa barang maupun jasa, yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi maupun kegiatan lain dalam perusahaan. Selain itu bagian pengadaan biasanya bertugas menyediakan jasa seperti jasa transportasi dan pergudangan, jasa konsultasi, dan sebagainya.
Secara Umum, tugas-tugas yang dilakukan mencakup :
1. Merancang hubungan yang tepat dengan supplier.
Hubungan dengan supplier bisa bersifat kemitraan jangka panjang maupun hubungan transaksional jangka pendek. Baik berupa model hubungan, relationship, berapa jumlah supplier.
2. Memilih Supplier.
Kegiatan memilih supplier bisa memakan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit apabila supplier yang dimaksud adalah supplier kunci. Kesulitan akan lebih tinggi kalau supplier-supplier yang akan dipilih berada di mancanegara (global suppliers). Supplier-supplier kunci yang berpotensi untuk menjalin hubungan jangka panjang, proses pemilihan ini bisa melibatkan evaluasi awal, mengundang mereka untuk presentasi, kunjungan lapangan (site visit) dan sebagainya. Pemilihan supplier-supplier kunci harus sejalan dengan strategi supply chain.
3. Memilih dan mengimplentasikan teknologi yang cocok.
Kegiatan pengadaan selalu membutuhkan bantuan teknologi. Teknologi yang lebih tradisional dan lumrah digunakan adalah telepon dan fax. Saat ini banyak perusahaan yang menggunakan electronic procurement (e-procurement) yakni aplikasi internet untuk
kegiatan pengadaan.
4. Memelihara data item yang dibutuhkan dan data supplier.
Bagian pengadaan harus memiliki data lengkap tentang item-item yang dibutuhkan maupun data tentang supplier-supplier mereka. Beberapa data supplier yang penting untuk dimiliki adalah nama dan alamat masing-masing supplier, item apa yang mereka pasok, harga per unit, lead time pengiriman, kinerja masa lalu, serta kualifikasi supplier termasuk juga kualifikasi seperti ISO.
5. Melakukan proses pembelian.
Proses pembelian bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya pembelian rutin dan pembelian dengan melalui tender atau lelang, (auction). Pembelian rutin dan pembelian dengan tender melewati prosesproses yang berbeda.
6. Mengevaluasi kinerja supplier.
Hasil penilaian ini digunakan sebagai masukan bagi supplier untuk meningkatkan kinerja mereka. Kriteria yang digunakan untuk menilai supplier seharusnya mencerminkan strategi supply chain dan jenis barang yang dibeli.


Aplikasi Pendukung
Dalam Manajemen Pengadaan terdapat sebuah aplikasi pendukung proses administrasi, aplikasi tersebut disebut E – Procurement. E – Procurement merupakan sebuah aplikasi Internet untuk keperluan proses pengadaan. Dengan Internet perusahaan bisa mengirim RFQ dan PO ke supplier, melakukan lelang secara elecktronik (online) membagi informasi-informasi yang kritis, dan sebagainya. Dalam kenyataannya, aplikasi e-procurement bisa bermacam macam dan masing-masing punya fitur yang berbeda. Jenis aktivitas yang didukung oleh Internet juga berbeda-beda. Secara umum ada beberapa jenis aplikasi e-procurement yaitu:
1. e-catalogue.
Secara tradisional katalog biasanya tercetak dalam bentuk buku atau brosur. Dengan adanya Internet, perusahaan bisa memiliki katalog elektronik. Di sini perusahaan mengumpulkan informasi supplier atau calon supplier dengan segala produk atau jasa yang mereka bisa pasok. E-catalogue biasanya dilengkapi dengan fasilitas pencarian (search) sehingga perusahaan akan dengan mudah mendapatkan informasi tentang produk atau jasa yang diinginkan.
2. e-auction.
Ini adalah aplikasi untuk membantu proses lelang. Pada proses pembelian, lelang dilakukan oleh pembeli dengan mengumpulkan calon-calon supplier. Mereka sebelumnya sudah diberitahu oleh pembeli tentang jumlah, spesifikasi, dan waktu kebutuhan suatu barang atau jasa. Mereka akan mengajukan penawaran (secara elektronik) dan selama proses lelang mereka bisa merevisi (menurunkan) harga penawarannya.
3. B2B market exchange.
Aplikasi ini memungkinkan banyak pembeli dan banyak penjual bertemu secara virtual. Pada kebanyakan kasus, aplikasi ini dimiliki dan dikelola oleh pihak ketiga.
4. B2B Private Exchange.
Aplikasi ini bisa digunakan untuk membantu proses transaksi rutin dengan supplier. Perusahaan bisa mengirim PO secara elektronik, mengecek status pengiriman, melakukan transaksi pembayaran, dan sebagainya. Di samping itu perusahaan mungkin bisa menggunakan aplikasi ini untuk berbagi informasi tentang rencana produksi dan informasi lainnya dengan supplier. Supplier juga bisa membagi informasi ketersediaan stok dan kapasitas produksi mereka.
Beberapa keuntungan E-Procurement antara lain:
1. Proses-proses administratif bisa dilangsungkan lebih cepat, akurat, dan murah. Mengundang supplier untuk memasukkan proposal atau penawaran tidak lagi dilakukan lewat surat atau fax, tetapi bisa dilakukan dengan fasilitas web. Calon-calon supplier bisa mendapatkan pesan tersebut dengan cepat dan akurat dimanapun mereka berada asalkan tersambung dengan jaringan Internet.
2. Perusahaan yang menggunakan sistem lelang bisa mendapatkan keuntungan berupa harga yang jauh lebih murah karena supplier akan sedapat mungkin menurunkan harga penawaran agar bisa menjadi pemenang.
3. Perusahaan bisa mendapatkan calon-calon supplier yang lebih banyak dari berbagai tempat sehinggan berpeluang untuk melakukan transaksi dengan supplier yang lebih berkompeten.
4. Perusahaan maupun supplier bisa melacak transaksi maupun proses-proses fisik (pengiriman, dll.) sehingga kedua belah pihak cepat mengetahui kalau ada masalah yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
5. Pihak perusahaan maupun supplier bisa melakukan proses-proses tersebut dari mana saja asalkan terhubung dengan jaringan Internet.

Ada berbagai kritik terhadap penggunaan e-procurement dalam proses pengadaan. Kritik ini terutama untuk aplikasi lelang dimana supplier dihadapkan satu sama lain untuk berupaya menurunkan harga penawaran mereka. Beberapa kritik antara lain:
1. e-auction memiliki implikasi bahwa hubungan antara pembeli dan supplier hanya bersifat jangka pendek. Setiap ada kebutuhan, pembeli akan mengundang supplier untuk menawarkan harga. Dengan demikian tidak ada supplier yang bisa memasok secara terus menerus. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan semangat supply chain management yang menghendaki hubungan jangka panjang sehingga kedua belah pihak bisa sama-sama melakukan perbaikan dan investasi jangka panjang. Jadi lelang sebenarnya bisa cocok untuk item-item tertentu, namun tidak untuk semua proses pembelian.
2. e-auction juga memungkinkan munculnya pemenang yang sebenarnya kurang berkompeten. Supplier yang ingin menang bisa sengaja menawarkan harga yang rendah yang sebenarnya tidak layak (di bawah harga normal). Dalam proses lelang, tentu mereka bisa menang. Namun pada saat sudah waktunya mengirim barang atau jasa, mereka bisa terlambat dan kondisi barang atau jasa yang dikirim tidak memenuhi standar. Oleh karena itu proses lelang juga harus didahului dengan proses seleksi awal. Hanya supplier-supplier yang sudah punya reputasi bagus yang bisa ikut dalam proses lelang.

Sumber : 

Manajemen Proyek Perangkat Lunak - Project Risk Management

Nama : Fakhrian Fadlia A
Kelas : IF-1
Dosen :Aries Syamsuddin

Manajemen Risiko dalam proyek perangkat lunak adalah suatu pendekatan yang terstruktur atau metodologi dalam upaya mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumberdaya.

Pendekatan dalam melakukan manajemen risiko dimulai dengan rencana untuk mendefinisikan ruang lingkup dan proses yang dilakukan identifikasi, penilaian, dan manajemen risiko yang dapat mempengaruhi pelaksanaan proyek. 

Tujuan dari Rencana Manajemen Risiko adalah :
  • Untuk menentukan strategi dalam mengelola risiko yang terkain dengan proyek tersebut sehingga menimbulkan dampak yang minimal terhadap biaya dan jadwal, serta kinerja operasional.
  • Membangun pendekatan dalam memantau, mengevaluasi, dan mengelola risiko sepanjang siklus proyek.
Risiko meruakan suatu kejadian yang tidak pasti atau kondisi yang jika terjadi, memiliki efek negatif atau positif pada tujuan proyek.

Proses manajemen risiko akan mengidentifikasi sumber potensi risiko, menilai risiko dan dampak terhadap ruang lingkup, kualitas, biaya, dan jadwal. mengevaluasi pendekatan yang dilakukan untuk mitigasi yang tepat dan risiko yang lebih moderat, dan mengembangkan rencana aksi untuk menangani risiko yang terjadi.

Pengukuran kualitas dengan menggunakan model DeLone dan Mclen.
  1. Kualitas Sistem (System Quality) digunakan untuk mengukur kualitas sistem teknologi informasinya sendiri.
  2. Kualitas Pelayanan (Service Quality) awalnya digunakan di penelitian pemasaran (marketing). penelitian-penelitian sistem informasi yang memasukkan pengukuran kualitas pelayanan ke dalam model D&M meminjamnya dari penelitian pemasaran.
  3. Penggunaan informasi (Use) adalah penggunaan keluaran suatu sistem informasi oleh penerima.
  4. Kepuasan Pemakai (User Satisfaction) adalah respon pemakai terhadap penggunaan keluaran sistem informasi.
  5. Manfaat Bersih (Net benefits) merupakan penggabungan dampak individual (individual impact)
Dalam perencanaan Manajemen Risiko, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
  1. Rencana Manajemen Risiko : merupakan proses mendefinisikan manajemen risiko yang akan diterapkan pada proyek.
  2. Identifikasi Risiko : Upaya terus menerus untuk mengidentifikasi dan menentukan risiko-risiko yang dapat mempengaruhi proyek serta pendokumentasian karakteristiknya.
  3. Analsis Risiko : Sebuah evaluasi dari setiap risiko yang diidentifikasi untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya, tingkat dampak dan peringkat prioritas.
  4. Rencana Respon Risiko : Proses menghasilkan pilihan tindakan untuk memperbesar peluang dan mengurangi hambatan terkait pencapaian tujuan proyek.
  5. Monitor & Kontrol Risiko : Proses pelaksanaan dari rencana respon, pelacakan risiko yang teridenifikasi, pengawasan risiko residual, pengidentifikasian risiko baru, dan evaluasi efektifitas respons risiko selama berlangsung proyek.